Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Jumat, 01 Agustus 2014

Bangga Bisa Kuliah dengan Biaya Sendiri

Bangga Bisa Kuliah dengan Biaya Sendiri

Tidak ada kata terlambat untuk belajar, mungkin kata pepatah itu yang selalu ku percaya dan kutanamkan dalam benak pikiranku. Sebenarnya aku juga tidak terlalu memaksakan untuk kuliah kalau memang tidak ada biaya, karena kita juga tahu kuliah memang membutuhkan biaya yang besar, bagaimanapun keadaannya kalau kita kuliah dengan biaya pas-pasan dan masih meminta kepada orang tua, pasti akan sangat memberatkan orang tua, dan sedikit banyak hal itu pasti akan membebani pikiran kita sehingga mungkin akan menurunkan konsentrasi kita dalam belajar sehingga hasil belajar yang dicapai kurang maksimal.

Seperti contoh : seseorang mahasiswa yang kurang mampu, biasanya dia akan mencari pendapatan atau penghasilan tambahan dengan cara bekerja sampingan untuk membantu keuangannya, pekerjaan itu dilakukan di sela-sela kesibukan kegiatan perkuliahan yang sudah pasti menguras tenaga dan pikiran, hal tersebut bisa saja mengganggu konsentrasi untuk mencapai prestasi yang maksimal, kecuali bagi mahasiswa yang benar-benar pekerja keras, pantang menyerah dan bagi mahasiswa berprestasi.

Aku lulusan kurang lebih 4 tahun yang lalu di salah satu sekolah ternama di kotaku, yaitu SMK Negeri 1 Tuban yang terletak di Jl. Mastrip No. 2 Tuban, cukup dekat juga dengan rumahku di Kembangbilo, kurang lebih hanya berjarak sekitar 2,5 km. Aku mengambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan yang saat itu menjadi jurusan paling favorit bagi siswa baru. Perasaan bangga saat itu karena bisa satu kelas dan bersekolah bersama teman-teman dan siswa-siswa yang hebat.


Logo SMK Negeri 1 Tuban

Setelah belajar dan berjuang dengan seragam putih abu-abu, tidak terasa waktu 3 tahun sudah berjalan, banyak pengalaman suka dan duka dalam menimba ilmu, berkumpul dan bercanda bersama teman-teman, mengerjakan tugas dan ujian, akhirnya tiba saatnya pengumuman kelulusan.

Siapa saja pasti deg-degan menunggu hasilnya, dan alhamdulillah akhirnya saya dinyatakan lulus, saya sangat bersyukur kepada Allah Swt karena perjuanganku dalam menuntut ilmu selama ini tidak sia-sia, walaupun nilai yang saya dapatkan tidak terlalu bagus tapi juga tidak jelek tapi aku tetap bersyukur karena aku mendapatkannya dari hasil kerja keras sendiri, menurutku nilai yang kudapatkan itu sesuai dengan usaha yang aku lakukan, karena memang aku tidak pinter tapi juga tidak bodoh, ya biasa-biasa saja lah :D

Kemudian tiba saatnya memutuskan untuk melanjutkan kemana selanjutnya setelah kita lulus. Aku pernah mengikuti acara seminar yang mungkin bisa disebut promosi Perguruan Tinggi, dihadiri oleh puluhan dan hampir mencapai ratusan perwakilan dari Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia khususnya Perguruan Tinggi yang ada di Jawa. Saat itu acara diselenggarakam di gedung Budaya Loka Jl. Basuki Rachmad Tuban.

Setelah lulus ada beberapa teman yang sudah diterima kerja di perusahaan, yang paling banyak hampir semua teman-teman sekelasku melanjutkan ke jenjang perkuliahan, saat itu saya hanya bisa pasrah dan sebenarnya juga iri melihat banyak teman-temanku yang lolos tes masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit di kota-kota besar di Indonesia. Tapi mau gimana lagi, karena memang keadaan keuangan keluarga tidak mencukupi untuk biaya perkuliahan, saat itu aku hanya bisa berfikir dan berusaha, aku harus bisa sukses dengan caraku sendiri.

Selanjutnya kami memutuskan untuk membuka usaha, kebetulan juga karena orang tua saya punya sebidang tanah yang terletak di Jl. Masjid Al-Falah Kel. Latsari Tuban. Lokasinya cukup strategis, terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan daerah perkotaan yang ramai. Saat itu belum ada rencana, mau mencoba menjalankan bisnis apa. Karena aku masuk sekolah SMK jurusan Informatika, aku dan keluarga kemudian berfikir, kenapa tidak mencoba bidang yang telah kamu pelajari di sekolah. Setelah disepakati bersama akhirnya kami membuka usaha fotocopy dan computer (pengetikan, print, dll.)

Pada saat itu kami sudah mulai mempersiapkan pembangunan tempat usaha, sebenarnya tanah yang dimiliki cukup luas, bukan pembelian orang tua sih melainkan warisan dari embah dulu, tapi bangunan yang didirikan saat itu sangat sederhana, hanya berukuran kurang lebih 3 x 6 meter, hal ini menyesuaikan juga dengan modal yang dimiliki dan juga karena usaha yang kami jalankan baru mulai di rintis, kami berpikir kalau usaha berjalan lancar pembangunan fasilitas yang lebih lengkap bisa juga dilakukan secara bertahap.

Bermodal 1 unit mesin fotocopy Canon NP 5560 (belum digital), 1 unit komputer butut Pentium 3 yang saya angkut dari rumah, kompie tersebut yang sudah setia 3 tahun menemaniku selama masa sekolah, dan juga 1 unit printer Epson T20E, itu adalah awal kami menjalankan usaha. Karena baru merintis usaha, pada saat itu usaha yang kami jalankan hanya mengandalkan 3 orang pekerja, yaitu saya sendiri, kakak dan adik saya.

Adik saya masih sekolah SMA sehingga ikut membantu pun sehabis pulang sekolah, sedangkan kakak juga ikut membantu, tapi karena kakak juga sudah bekerja di Bengkel Mascott Glass Jl. Manunggal Tuban, ia pun hanya bisa membantu saat pulang kerja pada sore hari. Karena itu bisa di bilang saya banyak bekerja sendirian pada saat awal membuka usaha.

Sebagai seorang wirausahawan muda atau pemula, kami selalu berpikir bagaimana kedepannya usaha yang kami lakukan berjalan lancar dan yang paling penting tanpa mengesampingkan resiko kegagalan. Hal ini yang sering diabaikan oleh wirausahawan pemula, perencanaan usaha yang kurang matang, hanya memikirkan bagaimana usahanya sukses tanpa memikirkan resiko kegagalan yang mungkin muncul, akhirnya apabila resiko itu datang, dan wirausahawan pemula tidak siap dalam mengantisipasinya, maka perlahan-lahan usaha yang ditekuni akan jatuh.

Usaha yang baru dirintis memang tidak selalu berjalan mudah, dan pasti ada banyak resiko. Karena usaha yang kami jalankan bergerak dalam bidang jasa, kendala atau resiko yang biasanya muncul adalah yang pasti perawatan yang rutin untuk menjaga kualitas, karena memang perawatan mesin fotocopy yang belum digital harus lebih sering dilakukan daripada mesin fotocopy digital yang memiliki durabilitas lebih bagus, dan juga kerusakan yang sering terjadi pada mesin fotocopy, di satu sisi pengunjung yang datang sepi, oleh sebab itu pengeluaran pasti lebih besar dari pendapatan. Karena kebetulan tempat dan fasilitas sudah milik sendiri, mungkin pengeluaran paling besar adalah biaya servis, penggantian onderdil dan tagihan listrik.

Kami sudah merencanakan dan memikirkan semua resiko yang bisa saja muncul, salah satunya adalah dengan mencari pemasukan dalam bidang lain, kalau saya dengan cara memanfaatkan apa saja, contohnya karena kebetulan di belakang rumah masih ada lahan yang cukup luas, bisa dimanfaatkan untuk menanam pohon pisang, dan hasilnya memang cukup lumayan, 1 tundun pisang bisa laku sampai Rp. 100.000 dan 1 bulan bisa berkali-kali panen.

Dan alhamdulillah, dari awal usaha yang kami jalankan belum pernah kesulitan membiayai operasional, bahkan mendapatkan pemasukan walau masih sedikit. Karena mengutamakan hasil yang optimal, juga pelayanan, usaha yang saya jalankan lama kelamaan mulai ramai dan dikenal banyak orang, sampai saya kewalahan sehingga kakak terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaan lamanya di bengkel yang sudah ditekuninya selama bertahun-tahun untuk membantu saya, sejak saat itu usaha kami mulai merekrut beberapa karyawan.

Beberapa tahun kemudian usaha yang kami jalankan sudah mulai berkembang pesat. Sehingga kami juga berusaha meningkatkan fasilitas seperti perbaikan dan pelebaran tempat, pembelian komputer, printer dan mesin fotocopy yang lebih canggih. Sampai diterbitkannya artikel ini peralatan yang sudah kami miliki :
- 2 unit mesin fotocopy digital Canon IR 6570
- 5 unit komputer dengan spesifikasi terbaru
- 2 unit printer Epson Stylus Photo 1390
- 1 unit printer Epson R230
- 5 unit printer Canon IP 2770
- 1 unit scanner
- dan peralatan lainnya

Usaha yang saya rintis bersama kakak saya alhamdulillah sampai sekarang berjalan lancar, sampai saat ini kami mempunyai 7 orang tenaga kerja, senang rasanya bisa bekerja sama dengan mereka.  Dan kalau tidak ada halangan, rencana tahun depan tempat usaha yang kami jalankan akan di renovasi menjadi 3 lantai untuk membuka cabang usaha dalam bidang fotografi. Semoga usaha yang kami jalankan bisa terus lancar dan lebih sukses. Amiin..

Setelah tabunganku terkumpul, sekarang saatnya melanjutkan cita-cita untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. Sebenarnya aku ingin mencoba daftar ke Perguruan Tinggi Negeri, tapi karena terhalang usia yang membatasi masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, akhirnya aku masuk Perguruan Tinggi Swasta, setelah mencoba browsing internet aku menemukan kampus yang menurutku cocok dengan bidang yang saya tekuni, aku mencoba datang mengunjungi ke tempatnya langsung, dan benar saja ternyata tempat dan fasilitasnya sangat lengkap, kampus yang aku maksud adalah STMIK Amikom Yogyakarta.


Menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri atau swasta menurutku yang paling penting adalah tergantung bagaimana diri kita bisa memanfaatkan waktu dan mempelajari ilmu dengan maksimal, misalnya seseorang kuliah di Perguruan Tinggi Negeri lebih karena gengsi dan tidak memanfaatkan semua fasilitas dengan sebaik-baiknya, maka hasilnya nanti juga akan tidak baik, dan sebaliknya seseorang kuliah di Perguruan Tinggi Swasta tapi dia sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu maka hasilnya akan baik dan dia sendiri yang akan merasakan manfaatnya, karena pada akhirnya hanya diri kita sendiri yang dapat menentukan kesuksesan yang bisa dicapai.

Walaupun bahkan teman seangkatanku sudah lulus kuliah, karena aku bekerja dulu selama 4 tahun, aku akan berusaha untuk tetap semangat dan tidak akan menyerah untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi.

Saat aku kuliah nanti usaha yang sudah berjalan diurusi oleh kakak dan para karyawan. Bangga rasanya bisa kuliah dengan biaya dari usaha kerja keras sendiri tanpa bantuan orang tua, dengan begini saya lebih tenang dan tidak terbebani saat lulus nanti karena tidak merepotkan orang tua, cita-cita saya untuk jadi dosen saat ini bisa jadi lebih terealisasi. Tapi saya adalah tipe orang yang tidak hanya belajar dari satu hal, apabila cita-cita yang satu gagal, saya juga memiliki rencana memperluas bidang usaha yang sudah berjalan dalam bidang design grafis dan percetakan, sesuai dengan ilmu yang saya pelajari sekarang di perguruan tinggi. Semoga cita-cita saya tercapai. Amiiin.

Comments
0 Comments

0 komentar: